Rabu, 19 Februari 2014

7 GANDONG

SEPENGGAL SEJARAH 7 GANDONG

Oleh : Minggus Taihittu

Hena masa waiya lete Huni Mu A O (Dari tempat yang tinggi di Mu nunusaku)

Yuri tasi Bea-Salane kotika o (Bila di telaah tiada salah ketika itu)

A Ole Ruma O, Ruma sinngi sopa o o puane ite kiri ratu hiro ruli o (kita semua turun dari tempat yang tinggi seperti raja)

Hasa-hasa pulu Mu la buang e ( Belajar hasa-hasa pantai = Jangan pisah satu dengan yg lain).
Hasa-hasa soki tengo tanjung……e( hasa-hasa tengah tanjung)



Dari puncak nunusaku mereka semua turun ke settee yg terletak d pertengahan seram utara dan seram selatan. Kakak beradik ini jumlahnya 7 orang, 6 orang laki-laki & 1 perempuan adik bungsu. Di tempat ini mereka mengadakan perundingan , perjanjian untuk melepaskan 3 saudara yaitu upu sei lesi matawaru (tulehu), Upu Latasia (Assilulu), & upu hatala o (tial) menuju ke nusa yapono, pulau Ambon.

Mereka bersumpah untuk senantiasa berhubungan, saling membantu dalam suka & Duka, saling merangkul & bersatu. Janji & sumpah dilakukan dengan mkan papeda dari satu tempat yang dinamakan garuru (terbuat dari pelapah dahang sagu) Upu sei Matawaru serta keluarganya berserta rombongannya meningglkN settee menuju ke nusa yapono, tiba disuatu pelabuhan yang tenang dan dinamakan toirehu yang kini dikeal dengan nama Tulehu.

Rombongan upu hatalaoi lebih sedikit menuju tiare yaitu Tial & berdiam disitu dengan maksud tidak berjauhan dengan saudara mereka di toirehu/Tulehu. Upu Latasia berpisah dari kedua saudaranya dan mengambil arah k barat 7 tiba d Assiulu. Assilulu berasal dari kata Asa= satu, Ili= Kuasa Allah dan Ulu =Manusia, jadi Assilulu diartikan Satu Kuasa Allah dalam Manusia. Teonnya adalah PESIA HATU AMALATU NUSATELU.

Kemudian menyusul 4 bersaudra yg lain meninggalkan Setty menuju ke Dihil terus ke Kuala Air Kaba. Dari sana perjalanan di teruskan ke tempat Ala Limu yang di artikan sejahtera Allah menyertai engkau. Kini tempat tersebut disebut Laimu dimana adik perempuan bungsu Mara Sina, atas permintaannya di biarkan tinggal menetap. Kemudian ketiga saudaranya melanjutkan perjalanan menyusuri pantai ke barat dan tiba di Tumalehu. Namun mereka tidak berhenti di situ, Upu Hitirisa (paperu) bersama kedua saudaranya Upu sawara Patty (Hulaliu) dan Upu Hata Lepu Puwae (sia) serta rombongan melanjutkan perjalanan dimana Upu Hata Lepu Pawae singgah di Sila, kedua saudaranya yaitu Upu Hitirisa & Upu Sawara Patty meneruskan perjalanan memasuki pelabuhan Kamba Lima Patty yang kemudian bernama Sampan Rua atau saparua dan singgah di Siono.
Dikala mereka membuka perbekalan untuk makan hanya tinggal dua bungkus papeda, olehnya meraka memutuskan tinggal disitu. Mereka diterima baik oleh Latu Salisa Latu dengan anak buahnya di gunung (negri Lama) dan di ijinkan menepati wilayah yang rata (bagian Pantai). Untuk mengenang nasibnya maka tempat yang mereka tinggal diberi nama Papeo atau Paperuo yang diartikan papeda. Setelah beberapa lama tinggal di paperu, Upu Sawara Patty melanjutkan perjalanannya ke Haturessy Rakanyawa (Hulaliu) karena tempat disekitar Totu/totue tidak subur untuk pertanian. Mereka semua berbaur dengan orang-orang yang telah lebih dulu di tempat yang didiami, tetapi selalu berhubungan.


SILATUPATI ( SIRATU YAMA WALLU)



• SILA /HATALEPUPEWAE

• LAIMU/LOUPIKA AMALATU

• ASSILULU/PESIA NUSA TELU

• TULEHU/HATURESSY

• PAPERU/TONUSSA AMALATU

• TIAL/SOLEMATA

• HULALIU/HATURESSY RAKANYAWA